Ku sesap minumanku sampai habis. Duduk
di pinggir pantai sembari menunggu matahari membenamkan diri di ufuk barat
suatu kegiatan membunuh waktu yang cukup menenangkan. Cukup tenang sampai
ponselku bergetar dan sebaris kata – kata dingin terpampang disana. Aku menghela
napas panjang dan kembali membenamkan ponselku dalam saku. Tidak lupa ku ubah
menjadi mode hening. Mode hening, seperti sore ini, aku tengah menikmati mode
hening. Duduk membunuh waktu dan mencoba menenangkan hati dan pikiran. Hingga adzan
maghrib berkumandang, bergegas aku beranjak dan kembali ke tempat kostku.
Sungguh melegakan memang menghadap
Sang Pencipta dan menumpahkan seluruh keluh kesah. Keluh kesah? Aku teringat
sms yang tadi sempat ku abaikan. Segera ku cari hapeku disegala penjuru kamar. Rupanya
hapeku habis di bombardir, penuh sms dari orang yang sama, orang yang amat
kusayangi setelah ibuku dan kini tengah terpisah ribuan kilo meter.
“halo, kamu dari mana
aja sih yang, smsku dicuekin terus dari tadi, abis pergi ya?” omelnya begitu
telfonku diangkat
“maaf sayang, aku
habis futsal tadi sore sampai maghrib.”
“ngeselin banget sih
engga bilang. Bilang bisa kan? Kan aku jadi nungguin kamu. Apa susahnya sih
bilang?”
“iya maaf, kan aku
udah bilang maaf, lagian aku perginya ngga macem macem kan yang? Maafin yaa.”
“yaudah deh lanjut
sms aja.” Telfon di tutupnya dengan ketusnya. Malam ini akan menjadi malam yang
panjang. Panjang karena pertangkaran kami masih harus berlanjut.
Entah karena apa, akhir akhir ini,
Hana kekasihku menjadi lebih mudah marah. Tepatnya semenjak aku kuliah di kota
ini. Yang bahkan terpisahkan oleh lautan. Dia semakin mudah marah, semakin
manja dan semakin susah ku tebak apa maunya. Aku tau itu salah satu bentuk ke
khawatiranya karena jarak kita yang cukup jauh. Kondisi yang cukup sulit bagi
hubungan kami. Setelah lebih dari setahun kami selalu bersama, kini kami harus
terpisah. Ya, tugas belajarku di kota yang berbeda pulau memang tidak bisa di
ajak kompromi. Aku harus merelakan banyak hal untuk mencapai cita –citaku. Salah
satunya hubungan jarak jauh yang suka tidak suka harus kujalani.
Hana, gadis manis yang kukenal lebih
dari dua tahun ini begitu istimewa bagiku. Lain dari yang lain. Berawal dari perkenalan
tidak disengaja saat acara pensi SMA, aku mulai memberanikan diri untuk
mengenalnya lebih jauh. Sampai akhirnya aku memilikinya, dia selalu memiliki
sisi lain yang membuatku penasaran setengah mati. Sisi yang lembut namun
menyimpan ketegaran di baliknya. Sisi yang amat membuatku nyaman.
Usianya setahun lebih muda dariku. Tapi
sikapnya cukup dewasa. Dia sering memberiku support saat aku down, bahkan dia
sangat kuat saat banyak masalah menerpa hubungan kami. Tapi itu dulu saat kami
masih dalam satu kota yang sama, belum terpisahkan jarak bahkan perbedaan zona
waktu. Ya, dia Hana yang sangat sempurna bagiku.
Namun akhir –akhir ini sikapnya
sedikit berubah. Mudah marah, mudah curiga dan yang paling menjengkelkan dia
selalu menuntutku untuk laporan setiap kegiatanku. Terkadang aku bosan dengan
semua sikapnya, bosan dengan pertengkaran kami walaupun sedikitpun perasaanku
padanya tidak bisa berubah.
---
Seminggu lagi Hana berulangtahun. Salah
satu hal yang tidak aku suka adalah memilih kado. Tapi kali ini karena kado ini
akan kuberikan pada yang terspesial. Aku sibuk browsing kado apa yang kira –
kira tepat untuk dia. Boneka? Jam tangan? Kotak musik? Ah ide di internet
sangat mebosankan. Barang – barang klasik untuk kado ulangtahun dan berani
bertaruh, Hana sudah punya itu semua. Aku ingin kado yang benar – benar tidak
biasa dan kalo bisa aku membuatnya sendiri. Setengah mati aku memutar otak. Ah, kenapa aku tidak tanya
teman –teman ku yang perempuan. Mungkin ada
ide brilian.
“Ca, hana ulangtahunn
semingu lagi, aku bingung mau kasih kado apa.” Tanpa basa – basi aku langsung
menyampaikan tujuanku ke temanku, Caca, teman satu kelasku di kampus.
“Mmm, apa ya? Aku ada
ide sih, tapi agak mainstream kayaknya. Tapi yakin deh, Hana pasti tersentuh.”
“apa emang? Kalo bisa
hemat biaya.”
“stopmotion”
Bukan ide yang buruk. Mungkin Hana
akan menyukainya. entahlah. Kalaupun nanti hasilnya kurang memuaskan karena aku
bukan ahlinya di bidang IT dan fotografi tapi semoga Hana tahu bahwa aku
sangat, amat sangat menyayanginya. Seminggu ini akan menjadi minggu yang
semakin padat dengan proyek rahasiaku. Segera aku mempersiapkan konsep dan
mencari bala bantuan untuk dapat menyelesaikanya tepat waktu.
Sengaja aku menyisipkan foto – foto kenangan
kami dalam video ini, petikan kata manis yang pernah ku sampaikan
kepadanya. Aku ingin dia kembali menjadi
Hana ku yang dulu ku kenal. Hana yang dewasa. Hati – hati ku kerjakan proyekku.
Dan yang terpenting, semoga maksud utama ku tersampaikan lewat video ini. Aku sungguh
lelah jika dia terus seperti ini. Meskipun sekali lagi, rasa sayangku padanya
tak sedikitpun terkikis.
Kamis, 9 Februari 2014, Hana tepat
berusia 19 tahun. Ku berikan ucapan termanisku, bahkan aku rela begadang untuk
menjadi yang pertama mengucapkan selamat ulangtahun padanya. Tak lupa, ak sudah
mengirimkan proyekku seminggu ini. Betapa bahagianya aku saat dia bahagia
dengan apa yang ku berikan. Seketika rinduku padanya membuncah, dan memoriku
bersamanya saat kami masih satu kota
menyerang otakku tanpa ampun.
“i love you honey,
you’re the best gift from heaven” hanya kata itu yang keluar dari mulutku saat
kami tengah videocall. Padahal, aku sangat ingin memeluknya. Sangat mengharapkanya
di sisiku saat ini.
Sepertinya semua berjalan sesuai
rencana, hari –hari kami setelah ulangtahunya kembali membaik. Dia perlahan –
lahan kembali menjadi hanaku yang dulu. Hana yang periang dan pengertian. Hana,
kau rela membuatmu beribu – ribu video stopmotion, atau hal lain yang kau
ingin. Hanya untuk semua kedamaian hubungan kita.
---
Dua minggu lagi ujian tengah semester
akan berlangsung. Itu berarti ini adalah minggu tugas, semua dosen akan
berlomba untuk membuat kami tetap
terjaga setiap malam. Tanpa tugas yang segudang pun jaddwal kuliahku
sudah cukup padat. Belum lagi kegiatan wajib futsal setiap sorenya. Mungki aku
harus mengurangi beberapa aktivitasku agar semuanya bisa terselesaikan.
Segera ku susun jadwalku, jadwal
belajar mandiri, jadwal mengerjakan tugas madiri, tugas kelompok dan jadwal
kegiatan sosialku. Benar – benar menyita waktu. Hanya tersisa waktu 4 - 6 jam
untuk beristirahat setiap harinya. Tapi setidaknya masih ada weekend untuk
melepas semua penatku. Oh aku lupa memasukan satu kegiatan dalam skedulku. Hana’s
time.
Sayang,
maaf ya akhir akhir ini jadwalku padat banget nih banyak tugas numpuk. Maaf ya
kalo ntar aku sering nyuekin hehe.
Oh,
yaudah.
---
Akhirnya weekend tiba, saatnya melepas
lelah. UTS memang seminggu lagi. Tapi otakku ruapanya menuntut haknya untuk refreshing.
“Firman, malming
nonton yuk, filmnya lagi keren keren nih.” Ajak sahabatku, Wahid. Segera kusambut
ajakan itu dengan sumringah. Belum lagi rencananya banyak yang akan menonton. Sangat
sulit untukku menolak. Tentu aku tidak mau membusuk sendiri di kosat-an.
Sungguh weekend yang menyenangkan. Belum
lagi dengan kawan – kawan seperjuangan di tanah rantau. Benar – benar ajang
mempererat kekeluargaan.
Tapi tidak setelah itu. Masalah baru
muncul. Hana, aku memang sengaja tidak bilang kepadanya kalau aku pergi
menonton film. Seminggu lalu saat aku mencoba menceritakan kesibukanku dia
malah berubah menjadi jutek. Jadi kupikir aku lebih baik tidak memberitahunya,
yang penting dia ku temani sms-an. Begitulah pikirku. Dan apa yang ku pikirkan,
salah bagi Hana. Dia kembali marah – marah padaku. Meski sudah ku jelaskan tetap
dia tidak mau mengerti. Bahkan pertengkaran ini kembali berlangsung lama.
Pikiranku kembali kacau. Ini bukan
suasana yang ideal untuk persiapan UTS. Jadi kuputuskan untuk kabur sejenak.
Pantai. Disanalah aku bisa membunuh waktu sekaligus berharap dapat mebunuh
masalah. Pada ombak dan matahari senja, aku bercerita lirih. Berharap angin
sore meniupkan ceritaku.
Sayang, berapa tahun kita bersamaa? Suatu
cerita yang indah bukan? Memori yang mengesankan bukan? Kamu, Bidadari surga
yang hilang sayap. Jatuh dihadapku dan
menjatuhkan hatiku. Kamu, bak oase di gurun pasir. Menyejukkan.
Kamu Bidadari yang membuatku tetap
diam terpaku. Membuatku lidahu kelu, dan melumpuhkan otakku. Kulihat kesempurnaan
disegala kekuranganmu. Setiap manjamu, merajukmu, menuntutmu, tak sedikitpun
menggeser kakiku untuk beranjak dari hadapmu.
Bersabarlah Bidadari, kini aku jauh
darimu. Tapi tetap jiwaku masih terpaku dihadapmu. Bersabarlah. Aku, hanya segenggam pasir dalam tanganmu Bidadari.
Sangat bahagia aku menggemgaku dalah tanganmu. Tak perlu terlalu erat. Dan percayalah
aku takkan pergi. Aku menyayangimu. Sangat. Bersabarlah Bidadari.